-->

Senin, 07 Oktober 2013

Sesuatu yang Berharga Namun dilupakan


Sebuah pondok pesantren yang sudah lama berdiri dengan ratusan santri yang menimba ilmu disana. Seperti kebanyakan pondok pesantren lainnya, santri bergaul dengan akrab, tapi ada juga yang berkelompok, walaupun berkelompok tidak menjadikan mereka tak saling kenal satu sama lain. Seperti biasa pengajian oleh kyai Ahmad yang bertempat di Masjid dimulai ba’da shubuh.  Alfian, Arif, Rahman, Yudha dan bersama santri-santri lainnya menjadi peserta pengajian oleh kyai Amad. Tak seperti biasanya pengajian pagi itu seluruh peserta pengajian hadir, dikarenakan pengajian ini adalah pengajian terakhir sebelum mereka pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Setelah pengajian selesai Alfian, Arif, Rahman, Yudha dilarang untuk meninggalkan tempat mengaji oleh kyai Ahmad.  Pengajian pun selesai kyai Ahmad pun langsung memanggil mereka,” Alfian, Arif, Rahman, Yudha !”
 “Iya kyai”,sahut mereka.

 
“Kalian berempat temui saya ba’da shalat dzuhur nanti siang !”
“Baik kyai.”
Dengan penuh tanda tanya alfian pun langsung bertanya kenapa mereka dipanggil.
“Maaf kyai kalau boleh tau, ada masalah apa ya dengan kami ?”
“Sudah nanti siang saja.”
“Baik kyai.”
Kyai pun segera meninggalkan Masjid dan langsung menuju ke kediamannya. Dan mereka berempat pun ikut meninggalkan masjid dengan pikaran yang  bertanya-tanya, kenapa mereka dipanggil oleh kyai Ahmad. Sambil menuju asrama merekapun berbincang-bincang tentang apa yang akan dibicaraka oleh kyai Ahmad nanti siang.
“Eh ada apa ya? Gak biasanya pak kyai memanggil kita.” Rahman memulai pembicaraan.
“Mana gw tau man. Perasaan, gw gak buat masalah apa-apa deh.” Alfian menjawab dengan sedikit rasa bingung. “Gw juga gak ada masalah apa apa. Lo kali rif ?” tanya Alfian.
“gw...???”                                                                                                                                                                       “hhhhmmmm
“Waktu itu sih gw keluar pondokk tapi gak izin sama keamanan. Itu pun gw cuma beli alat mandi doang, gak ada yang tau kok, lo semua juga gak tau kan ?” ujar Arif.
“kalo  lo yud...?” tanya Alfian lagi kepada Yudha.
“Gw mah anak baik-baik, tapi apa gara-gara gw jarang ngaji ya...?”
“Gw ketiduran mulu diasrama. Lo juga gak ada yang bangunin !!!” ujar Yudha
“Yasudahlah gak usah dipikirin, semoga aja bukan masalah-masalah ini yang nanti bakal diomongin.
Waktu yang mereka nanti-nantikan pun tiba. Ba’da jamaah dzuhur. Dengan perasaan yang bercampur aduk tidak karuan mereka pun menghampiri kyai Ahmad. Tanpa banyak kata Kyai Ahmad pun menyuruh mereka menunggu di kediamannya.
Sambil menuju kediamannya kyai Ahmad mereka masih mempermasalahkan apa yang kira-kira kyai Ahmad bicarakan.
“Gila gw makin gak bisa tenang.” Ucap Yudha dengan sedikit rasa takut.
“Sama gw juga.” Ucap Rahman dengan berusaha tenang.
“Udah lah, dikira gw gak apa...!!!” sahut Arif.
Sesampainya di kediaman kyai Ahmad. Mereka pun menuggu di teras depan rumah beliau. Tak lama mereka menunggu Kyai Ahmaad pun datang dari masjid. Lalu mengajak mereka masuk ke kediamannya.
Kyai Ahmad pun memualai pembicaraannya,”Kalian besok pulang ke rumah ?”
“Iya kyai.” Jawab mereka.
Tanpa basa-basi kyai Ahmad pun langsung berbicara hal yang memang ingin beliau katakan kepada mereka
“Saya hanya berpesan kepada kalian. Didunia ini ada satu hal yang sangat berharga, sangat penting  yang harus kalian cari. Begitu banyak manusia di dunia ini yang bisa merubah drajat kehidupannya karena hal satu tersebut. Kalian harus bersungguh-sungguh, dan jangan pernah berputus asa untuk mencarinya. Walupun kalian harus mencarinya ke tempat yang sangat jauh bahkan  sampai ke negri china.
“Baik kyai.” Mereka menjawab dengan pikiran yang sangat bingung.
“Sudah sana kembali ke asrama.”
Tanpa banyak bertanya mereka pun bergegas kembali ke asrama. Sambil menuju asrama mereka pun membicarakan apa maksud dari ucapan kyai Ahmad tadi.
“Alhmdulillah, gw fikir pak kyai mau ngomong apa.” Ucap Arif.
“Iya, gw juga, hahahaaa.” Sahut Yudha.
“Tapi lo semua ngerti maksud dari perkataan pak kyai tadi ?” tanya Alfian.
“Ah gak mikirin gw yang penting gw gak kena hukum, hahaha.” Jawab Yudha sambil tertawa.
Sesampainya di kamar, Alfian pun terus memikirkan apa yang dimaksud sesuatu hal yang penting tersebut.
“Kira-kira apa ya yang dimaksud sesuatu yang berharga itu ?”
“Di dunia ini ?”
“Sesuatu yang penting ?” gumam Alfian, sambil terus memikirkannya.
Dikebun Arif dan Rahman sedang mencari daun pisang, yang akan digunakan sebagai wadah untuk mereka makan-makan.
“Rif udah cukup belom daunnya ?”
“Belom man, dua lagi aja !”
“Okeh.”
“Aduuuuuhh.” Tiba-tiba Arif terjatuh.
“Kenapa lo rif ?” tanya Rahman.
“Kagak man, Cuma kesandung gw.” Jawab Arif.
Arif terjatuh karena kakinya tersandung sebuah botol yang terpendam dan di dalamnya terdapat sebuah kertas. Karena penasaran Arif pun mengambilnya dan langsung membuka botol tersebut.
“Apaan nih...???” gumam Arif.
“Kayak peta gitu.
“Tapi peta apaan ya...??” Sambil melihat kebingungan.
“Man, Rahman sini dah!
“Cepetan...!!!” Teriaknya.
“Kenapa rif...???” Jawab Rahman.
“Coba deh lo liat ni, tadi gw jatuh kesandung botol ini, dan di dalamnya ada kertas ini. Lo liat dah kayak peta gitu.” Ucap Arif.
“Mana sini, iya ya, kayak peta gitu. Tapi kira-kira ni peta apa ya..?? Ujar Rahman kebingungan.
“Tau ni gw juga gak ngerti.” Ujar Arif.
“Mungkin ini semua ada sangkut pautnya sama yang dibilang kyai Ahmad tadi siang. Peta dimana sesuatu yang sangat berharga itu berada.” Ujar Rahman.
“Mungkin juga, yasudahlah kita bawa aja ke asrama. Kita bilang ke alfian sama yudha.” Kata Arif.
“Yasudah ayo!”Ajak Rahman.
“Eh jangan lupa daun pisangnya !” sahut Arif.
Mereka pun bergegas meninggalkan kebun menuju asrama sambil membawa daun pisang dan botol berisikan peta yang mereka temukan di kebun. Sesampainya di asrama mereka pun langsung memberi tahukan kepada Yudha dan Alfian, tapi di asrama hanya ada Yudha. Sedangkan Alfian sudah bergegas menuju masjid untuk persiapan pembacaan surat Al Waqi’ah bersama santri-santri yang lainnya.
“Yud, yud, sini dah gw nemu sesuatu ni di kebun tadi.” Kata Arif.
“Apaan sih kayaknya penting banget.” Jawab Yudha.
“Alfian mana ?” tanya Rahman.
“Gak tau, tadi sih dia udah rapih kayaknya mau ke masjid biasa anak rajin mah gitu.” Ujar Yudha.
“Ah yasudah deh lo aja dulu, ni tadi gw nemu ini di kebun coba lo liat dah !” Kata Arif sambil menunjukkan peta tadi.
“Apaan nih ?
“Kok kayak peta gitu ?” Jawab Yudha dengan muka bingung.
“Iya emang peta, tapi menurut lo kira-kira ni peta apa ?” Ujar Rahman.
“Apa ya..??” gumam Yudha sambil memikirkan.
“Kalo menurut gw ini ada hubungannya sama apa yang dibilang kyai Ahmad.” Fikir Rahman.
“Maksdunya ?
“Gak ngerti gw !” sahut Yudha.
“Jadi kemungkinan ni peta adalah tempat dimana sesuatu yang berharga itu berada.” Kata Rahman.
“Masa iya ...??
“Tapi mungkin juga sih.
“Peta ini juga mungkin peta harta katun.
“Harta karun kan berharga, mungkin ini ada hubungannya.” gumam Yudha.
“Acara makan-makan lo jadi nanti malem ?
“Jadilah !” Jawab Arif.
“Yaudah sini petanya natar gw bilang ke Alfian, lo urus aja acara lo !” pinta Yudha.
“Okeh deh, bilangin Alfian ya..!” ujar Rahman.
Karena Alfian masih penasaran dengan perkataan kyai Ahmad, sebelum pergi ke masjid ia pergi ke kebun dahulu untuk mencari sesuatu tersebut. Saat asyik-asyik mencari taufik dan Faqih pun lewat dan menegur alfian.
“Lagi nyari apaan lo yan ?” tegur Taufik.
“Eh lo fik, kagak, kata kyai ahmad gw disuruh nyari sesuatu yang berharga didunia ini. Tapi gw bingung kira-kira apa ya?” jawab Alfian.
“Sesuatu yang penting ?”
“Apa ya maksudnya ?” ujar Faqih.
“Buat gw sesuaatu yang berharga itu ya uang, uang, uang, dan uang, hahahaaa.” Kata Taufik sambil tertawa.
“Ah pikiran lo mah cuma uang terus.” Sahut Alfian.
“Hahaha
“Birin aja, yeeee,” Ujar Taufik.
“Sudah ah fik ayo kita ke masjid !” ajak Faqih.
“Yasudah ayo qih !
“Selamat mencari ya yan...!!! ujar Taufik.
“Yasudah, sana cepat ke masjid, ganggu saja, hehehe
“Makasih dah.” Sahut Alfian.
            Waktu pun terus bergulir. Hari semakin malam. Ba’da jama’ah maghrib Alfian kembali ke kamarnya. Yudha pun sudah menanti alfian. Yudha pun menceritakan apa yang Rahman dan Arif temukan di kebun.
“Eh yan dari mana aja lo ?” panggil Yudha.
“Dari masjid lah, gak jama’ah lo ya ?”
“Hahaha.
“Ah lo.
“Dah ni gw mau kasih tau sesuatu sama lo..!!!” kata Yudha.
“Apaan serius banget ?” Jawab Alfian dengan muka bingung.
“Tadi sore waktu Arif dan Rahman nyari daun pisang buat syukuran kamarnya dia nemu ini nih.” sambil menunjukan peta tadi.
“Apaan ni yud ?”
“Lo perhatiin dulu makanya !”
“Hhhmmm
“Kayak peta gitu, emang peta apaan yud ?”
“Gw juga gak tau yan, Tapi setelah gw bicarain sama rahman dan arif ini mungkin ada hubungannya sama yang dibicarain pak kyai tadi siang.
“Ini peta, dimana sesuatu yang berharga itu berada.
“Kenapa lo bisa berfikiran kalo ini ada hubungannya sama kata kyai tadi siang ?” Tanya Alfian kebingungan.
“Coba deh lo fikir kata pak kyai kan yang harus kita cari sesuatu yang berharga, siapa tau aja ini peta harta karun, harta karun kan berharga, walau kita gak tau apa isinya.” Ujar Yudha.
“Hhhmmm
“Mungkin juga sih.” Gumam Alfian.
“Nanti deh setelah acara mereka selesai kita omongin sama-sama.” Kata Yudha.
“Okeh deh.
Setelah acara syukuran, mereka pun berkumpul di kamar Alfian untuk membicarakan tentang peta yang mereka temukan.
“Bro bagaimana nih?” Kata Yudha.
“Gw sih masih kurang yakin dha...!” ujar Alfian.
“Gak yakin kenapa lagi sih lo yan ?” tanya Yudha.
“Ya masih janggal aja yud, masa ini serba kebetulan siang kita dikasih tahu kyai sorenya udah ada petunjuk gini.” Ujar Alfian.
“Tapi ada benernya juga yan, baguskan kalo kita langsung dapet petunjuk.”
“Iya yan justru ini mempermudah kita, berarti kita memang bener bener harus mencarinya, perpulangan besok gw gak pulang aja ah, gw mau nyari yang kata pak kyai  bilang, gw bakal ikutin ni peta siapa tau aja bener.” Kata Arif sambil mengajak Rahman, Yudha, dan Alfian.
“Gw juga ikut rif.´sahut Yudha.
“Gw juga ye, lo yan ?” ajak Rahman.
“Gw mmm.” Gumam Alfian.
“Masaa lo gak ikut yan, gak seru ah !” sahut Rahman.
“Okeh deh gw juga ikut.” Jawab Alfian.
“Siip kalo gitu, terus  apa yang harus kita persiapkan ?
“Ini petanya” sambil mengeluarkan petanya,” gw gak ngerti bacanya ni peta, gambarnya cuma bulet- bulet gini hehehe.” Kata Yudha bergurau.
“Sini gw kan anak pramuka.”vsambil menunjuk isi peta,” yang bergelombang ini kaya aliran air karna cukup panjang dan gede kayaknya sungai atau sungai gitu.” Kata Arif menjelaskan.
“Sungai, danau?” sahut Yudha sambil berfikir.
“Oia di sebelah utara pondok kita kan perumahan penduduk di sampingnya kan ada sungai yang luas banget.” Jawab Yudha pula.
“Iya, iya gw tau juga tuh, tapi itu luas banget bro.” Ujar Arif.
“Iya kan luas banget tuh danaunya.” Ujar Rahman juga.
“Gak masalah kita harus tetep nyebranginnya.”
“Kita buat semacam sekoci kecil aja !” Ajak Yudha.
“Tapi pake apa ?” tanya Rahman.
“Pake bambu bambu aja kita iket jadi sekoci nanti. Bambu liar di belakang pndok aja kita tebang.” Ujar Yudha menjelaskan.
“Iya pake bambu-bambu liar di belakang pondok aja.” Jawab Yudha.
“Dah itu gampang, terus rif apa lagi yang lo paham dari peta itu ?” tanya Alfian.
“Terus panahnya menuju kearah ini disini gambarnya urek-urekan gak jelas gitu, coba kita ingat disekeliling danau itu ada apa ?” Jelas Arif.
“Cuma kayak hutan-hutan gitu.” Sahut Alfian.
“Mungkin itu maksudnya, kita harus masuk kehutan itu, mungkin lokasinya berada di dalam hutan.” Jelas Arif.
“Terus kayak ada gambar kotak diatasnya segitiga, apa ya maksudnya?” tanya Yudha.
“Hhmmm.
“Mungkin rumah atau semacamnya.” Jelas Arif lagi.
“Bisa jadi, yaudah nanti liat disana aja.” Ujar Yudha
“Dari gambar tadi jalan kearah selatan.” Kata Yudha
“Ada garis garis panjang gini, gak ngertii gw !” sahut Rahman.
“Yasudah pikirin kalo dihutan itu ada apa aja ?” sahut Yudha.
“Hewan hewan ?”
“Nah yang pastinya pohon-pohon yang gede.” Ujar Alfian.
“Nah mungkin juga, disini digambarkan ada tiga garis panjang, berarti tiga pohon besar.
“Dibawah garis tengah, itu posisi terakhir, berarti di bawah atau di samping pohon yang ada di tengah harta karunnya.” Jelas Arif
“Berarti disitu tempat sesuatu yang terpendam ?” Tanya Yudha.
“Iya karena gak ada petunjuk lagi.” Jawab Arif.
“Jadi apa aja yang harus dibawa ?” pinta Rahman
“Biar gw siapin !”
“P3k man pastinya, peralatan buat gali, terus sisanya pribadi masing masing aja.” Jawab Alfian.
“Okeh gw siapin.” Sahut Rahman.
“Jangan lupa man makanan.” Gurau Yudha
“Heheheee.
“Yee..
“Sini patungan dah 20.000 aja  buat beli makanan diperjalanan nanti.” Sahut Rahman.
“Hehe.
“Okeh siip.” Ujar Arif.
Mereka pun tidak jadi pulang ke rumah mereka, tapi mengalihkannya untuk perjalanan yang cukup menegangkan. Malam itu pun mereka langsung bersiap-siap untuk  perjaanan yang akan mereka tempuh. P3k, bekal makanan untuk diperjalanan serta alat pribadi mereka pun tak mereka lupakan, tak ketinggalan pacul kecil serta alat menggali lainnya. Keesokan harinya mereka berkumpul pagi-pagi sekali setelah jamaah shubuh untuk mengumpulkan beberapa batang bambu yang akan  mereka jadikan sebuah sekoci kecil untuk menyeberangi sungai yang cukup panjang.
“Ni satu lagi pohonnya !”
“Udah cukup belum ?” tanya Yudha.
“Udah cukup, ini juga banyak.” Jawab Arif.
Saat Yudha, Alfian, dan Arif sedang membuat kapal Rahman mempersiapkan peralatan yang mereka butuhkan. Waktu pun menunjukan pukul 10 siang. Kapal pun sudah selesai mereka kerjakan, tanpa membuang waktu mereka memulai perjalanannya.
“Coba Man pasang kainnya disebelah sana untuk kita jadikan layar, karna kita pergi kearah sana, jadi kita butuh angin disebelah sana !” perintah Arif memimpin perjalanan.
“Okeh !” sahut Rahman.
Perjalanan menyeberangi sungai memakan waktu cukup lama, sesampainnya ditepian mereka beristirahat sejenak untuk mengisi perut mereka, untungnya mereka bawa bekal makanan.
Alhamdulillah sampe juga di tepian.” Kata Alfian.
“Iya, takut juga gw tadi kelamaan di sekoci, takut tenggelam.” gurau Yudha
“Hahaha.”
“Udah jangan buang-buang waktu
“Habis ini kita kemana nih ?” Tanya Alfian.
“Eh iya, mana petanya ?” tanya Arif.
“Ini sama gw tenang aja.” Ujar Rahman.
“Ini kita sudah berada disini,” sambil menujuk ke arah peta,” setelah itu kita menelusuri hutan ini, sampai nanti kita nemu kayak bangunan gitu terus kita ke arah selatan, jalan sampai akhirnya kita nemu tiga pohon yang paling besar. Di pohon yang tengahlah tempatnya.” Jelas Arif.
“Sudah ayo kita lanjut jalannya !” ajak Alfian.
“Bentar napa gw masih ngaso ni !” ujar Yudha.
“Ah baru segitu aja udah kecapean lo !”
“Dah ayo jalan.” Ajak Rahman.
“Yasudah ayo !” sahut Yudha.
Perjalanan mereka lanjutkan menelusuri dalam hutan yang sangat lebat. Sudah sampai satu jam mereka berjalan tapi belum juga sampai ke bangunan tersebut.
“Rif bener gak ni jalannya ?
“Kok belom sampe-sampe juga ?
“udah capek ni gw ! ujar Yudha.
“Bener yakin gw ni jalannya.
“Lo tenang aja gak bakal kesasar dah kita. Arif mencoba menjelaskan.
“Coba deh lo liat lagi petanya !” pinta Alfian.
“Ini tadi kan kita berhenti disini.” Sambil menunjuk ke arah peta.
“Dari situ kita jalan kedalam hutan ke arah barat bener kan ?” Ujar Arif.
“Iya bener tapi kok kita gak nemu juga tuh bangunannya ya ?” sahut Rahman.
“Sudah kita jalan lagi aja siapa tau tinggal dikit lagi.” Jawab Arif
“Istirahat dulu aja ya, kaki gw udah mau copot ni !!! pinta Yudha sambil kelelahan.
“Iya gw juga udah capek ni.” Sahut Rahman.
“Yasudah kita istirahat dulu aja 15 menit ya. !” seru Alfian.
Setelah 15 menit mereka beristirahat, mereka pun melanjutkan perjalanannya. 
“Sudah yo cukup istirahatnya kita lanjut lagi jalannya !’ ajak Alfian.
“Ayo deh.” Kata Yudha.
“Kita jalan ke arah sana !” ajak Arif.
Ditengah perjalanannya yudha yang berjalan paling belakang tiba-tiba terpeleset dan jatuh, sebuah batang pohon tumbang tertancap dikakinya sehingga yudha tidak bisa melanjutkan perjalanannya, dengan berat hati Alfian Rahman dan Arif harus tetap melanjutan pencarian tersebut dan meninggalkan yudha sendiri.
“Aduuuuuhhh....
“ Tooooolooooooong...” Teriak Yudha.
“Woy yudha kenapa tuh !” seru Alfian.
“Dha, Dha... lo kenapa ?” Tanya Arif dengan cemas.
“Kaki gw ni ketusuk batang pohon.”
“Man P3k nya man !” Kata Yudha sambil menahan rasa  sakit.
“Lo tahan ya!
“Biar gw cabut pelan-pelan kayunya.” Dengan wajah yang berkeringat, Rahman pun mencabut batang kayunya dengan pelan-pelan.
“Pelan-pelan man, aaaaarrrgghhhhh,,,,,,... sambil menahan kesakitan, ujar Yudha.
“Tahan lagi ya gw bersihin dulu lukanya.” Kata Yudha.
“Hhhhmmmm...
“Mendingan dah man makasih.
“Lo semua lanjutin jalan aja nanti waktu makin gelap karena sinar matahari terhalang pohon-pohon.” Seru Yudha sambil duduk menahan sakit.
“Terus lo gimana ?” ujar Alfian.
“Gw tinggal disini aja, kaki gw masih sakit digerakin.” Kata Yudha yang duduk lemas karena darah terus mengalir dikakinya. 
Sahut Rahman dengan rasa khawatir,“ Kita gak bisa ninggalin lo disini sendirian dha !”
“Iya lo harus ikut, kita harus sama-sama.” Sahut Arif yang juga cemas dengan keadaannya Yudha, dan tidak merelakan ia sendirian di tempat itu.
Yudha pun mencoba menyakinkan mereka,” udah gak papa, tenang aja gw bakal baik-baik aja. “
“Yasudah, tapi lo janji sama kita kalo lo bakal baik-baik aja.” Kata Arif.
Rahman memberikan sebuah pisau, dan tas yang berisikan makanan,“ Dha lo bawa ini ya buat jaga-jaga, terus juga masih ada makanan didalamnya.”
“Ya makasih sob.”
gw janji dha gw bakal bawain sesuatu hal yang penting tersebut buat lo.!” Ujar Alfian.
“Iya makasih semua.
“Sudah sana cepat sebelum waktu makin gelap. Ujar Yudha.
“Yasudah ayo kita jalan !” Ajak Arif.
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanannya tanpa yudha, dengan sangat terpaksa mereka meninggalkan yudha di tempat ia tejatuh karena kakinya masih sakit digerakkan.Tak lama ia berjalan akhirnya mereka menemukan bangunanyang mereka cari, yang ternyata itu sebuah gubuk tua.
Dari kejauhan Alfian melihat atap sebuah gubuk tua,“Eh tuh liat deh kaya atap rumah gitu.”
“Eh iya tuh itu pasti gubuk yang kita cari.” Sahut Arif.
“Mana sih gw belom liat ?” tanya Rahman
Alfian sambil menjukkan gubk tua itu,“ Itu disebelah sana.”
“Oh iya ya gw ngeliat juga, yasudah yo kit buru-buru kesana !” ajak Rahman.
Tanpa membuang-buang waktu mereka pun segera berlari kegubuk tersebut.
“Mana lagi petanya ?” tanya Arif.
“Ini petanya.” Kata Rahman sambil mengeluarkan peta dari tasnya.
“Dari gubuk ini kita ke arah selatan terus jalan sampai akhirnya kita menemukan tiga pohon yang paling besar, dan di pohon yang ada di tengah itu tempatnya, Arif menjelaskan.
Dengan senang Rahman berteriak,“ Woy tuh pohonnya, ternyata pohon gedenya gak jauh dari sini.”
“Man lo gak lupa bawa cangkulnya kan !” Kata Alfian sambil berlari menuju pohon tersebut.
“Tenang aja.” Jawab Rahman.
Tanpa basa basi mereka pun langsung menggali tanah tersebut, sekitar 10 menit mereka menggali akhirnya cangkul yang digunakan Rahman mengenai sesuatu yang keras. Yang ternyata itu adalah sebuah peti.
“Mana nih kok gak nemu nemu juga ?” Tanya Arif  yang sudah kelelahan.
Alfian menyemangati Arif,” Ayo rif jangan nyerah !”
“Eh gw mentok ni gak tau apaan, keras banget.” Ujar Rahman. 
Arif pun penasaran,” Mana ?”
Alfian  juga penasaran dan melihat peti tersebut,” Itu petinya !”
“Ayo gali samping-sampingnya,”
“Ayo sama-sama kita angkat.”
“Berat banget ni kependemnya kuat banget.” Sahut Arif.
“Satuuuu.. Duaaaa.. Tigaaa...!” Teriak mereka.
“Akhirnya bisa juga kita angkat.” Ujar Arif sambil mengatur nafas.
“Akhirnya kita menemukannya.”
“Kira-kira apa ya isinya ?” tanya Rahman.
Arif juga penasaran,” Iya apa ya isinya... ?” “Penasaran nih gw, ayoo cepet dibuka !”
“Eeetttsss.”
“Jangan dulu kita gak bisa buka kalo gak sama yudha. Alfian pun mengingatkan Rahman dan Arif.
“Iya tuh betul, kita harus sama sama bukanya.” Kata Rahman.
“Yasudah ayo kita segera kembali ke tempat dimana yudha menunggu !” seru Arif.
Akhirnya mereka segera kembali untuk menemui yudha, sampai saat itu pun mereka belum tau apa isi kotak tersebut, mereka baru akan membukanya bersama dengan yudha. Hari pun semakin gelap di dalam hutan, dikarenakan sulitnya sinar matahari menembus lebatnya hutan. Ketika sampai di tempat di mana mereka meninggalkan yudha, yudha pun sudah tidak ada, dan disitu banyak sekali darah dan sehelai kain yang berlumuran darah yang mereka tau kalau kain tersebut adalah milik yudha. Arif yang berjalan duluan kaget melihat semua itu.
Arif pun terkejut melihat itu semua,“ Man, Yan, yudha gak ada. Liat deh banyak darah disini, trus ini ada slayernya Yudha juga.
Alfian berlari sambil membawa kotak tersebut,” Mana mana ?”
“Ini makanya sini..!” Arif berbicara dengan sedikit membentak.
Rahman yang datang setelah Arif juga ikut terkejut,” Iya ni yan, kemana yudha ya ?”
Dengan rasa sangat cemas Alfian langsung meletakkan kotak tadi, dan berlari mencari kesana dan kesini sambil berteriak,” Yuuuuuddddhhhhaaaa......!!!”
Arif dan Rahman juga ikut berteriak mencari Yudha,” Yuuuudddhhhaaaa....!!!”
Karena kesal alfian pun marah kepada arif,  karena arif lah yang mempunya ide untuk mengikuti peta tersebut.
“Ini semua gara-gara lo rif !” bentak Alfian sambil mendorong Arif.”
Arif pun mengelak,” Ko jadi gw yang salah ?”
“Ini semua ide lo kan ?”
“Coba kalo lo gak ngajak kita buat ngikutin peta itu gak bakal begini jadinya.” Sahut Alfian lagi
Arif pun tak mau disalahkan,” Tapi gak mesti salahin gw juga dong.”
“Lo juga kenapa mau ikut !”
Rahman memisahkan pertengkaran mereka,“ Ehhh udah-udah pikir pake otak dingin lo berdua, gak begini nyelesainnya, emang dengan lo berantem bakal ketemu yudhanya ?”
“Kaya anak kecil aja lo !”
“Tapi bagaimana sekarang man, Yudha gag ada. Lo liat tuh darah sama slayernya. Apa yang terjadi sama yudha, cuma ada tanda itu doang.” Ucap Alfian dengan emosi.
Rahman terus mencoba menenangkan Alfian,” Pikiran lo jangan terlalu jauh yan, dia pasti baik baik aja.
“Baik-baik bagaimana, seharusnya kita gak ninggalin dia sendirian disini. Ujar Alfian yang belum bisa tenang.
“Udah sebaiknya kita kembali ke sekoci semoga aja Yudha udah disana.” Ajak Rahman.
“Yasudah ayo dah cepat.” Sahut Arif.
Mereka bertiga segera kembali ke kapal dengan harapan Yudha sudah berada di sana. Sesampainnya di kapal, ternyata Yudha pun juga tidak ada.
Arif  sampai di kapal terlebih dahulu, dan tak melihat Yudha di sana, “Yan, Man gak ada yudha dikapal.”
“Jangan bercanda lo rif.” Ujar Alfian.
“Serius, kagak ada.” Tagas Arif.
Alfian pun kebingungan,” Trus bagaimana ni ?”  
“Gw juga bingung Yan.” Sahut Rahman.
“Kita gak mungkin pulang kalo gak sama dia, kita harus cari dia.” Kata Alfian.
“Tapi kita mau cari dimana ?” ucap Arif.
“Ya pokoknya kita cari sampe ketemu.” Sahut Alfian.
“Yudddd, Yudhaaaaaa....!!!” Alfian berteriak sambil berlari mondar-mandir.
“Yan, Yan lo harus tenang.” Ucap Rahman menenangkan Alfian.
Alfian tidak bisa tenang juga,” Gemana bisa tenang  gw man.”
Rahman terus menenangkan Alfian,”Lo itu terlalu panik, tenang biar bisa selesai. Kalo kaya gini gak fokus pikiran lo !”
“Aaaaaaaahhhhhhhh, harusnya dari awal gw gak ikut dan ngelarang Yudha juga supaya gak ikut.” Ujar Alfian.
“Ya kalo udah gini gak perlu lo sesalin, yang harus kita lakukan sekarang itu tenang, terus diskusiin apa yang harus kita lakukan. Jangan kaya orang kebakaran jenggot gitu dong lo !” ucap Rahman.
“Tapi gw bener-bener khawatir sama Yudha Man. Ucap Alfian.
“Ya gw paham, gw juga khawatir, tapi kita harus bisa bersikap tenang, supaya kita fokus berfikirnya. Dan sekarang kita duduk di kapal dulu aja, sambil kita istirahat.” Ajak Rahman.
Alfian menolak ajakan Rahman,”Aaahh lo malah santai-santai aja, woyy temen kita lagi kesusahan, lo fikir peke otak, kalo lo jadi dia bagaimana !!! Kita juga gak tau kan keadaan dia bagaimana sekarang ?” masih bisa tenang gitu ?”
“Yan lo degerin gw, kita istirahat sebentar setelah itu baru kita cari sama sama.” Kata Rahman.
“Lo aja berdua sana, sahabat macam apa lo, temen lagi kesusahan malah santai-santai aja.”
“Biar gw cari sendiri !” ucap Afian sambil pergi meninggalkan Rahman dan Arif.
“Yaaaan...!!!” Ucap Arif mencoba menahan Alfian. 
“Udah biarin rif, lagi gak tenang fikirannya, kita di sini aja, siapa tau Yudha sedang menuju kesini.
“Tapiii.” Sahut Arif.
“Udaah biarin.” Ucap Rahman.
Benar dugaan Rahman ternyata Yudha sedang menuju ke kapal, tak lama setelah Alfian pergi Yudha hampir sampai ke kapal.
Sambil menahan rasa sakitnya, Yudha berjalan menuju kapal, dari kejauhan ia melihat banyak tas di sana, yang Yudha tahu itu milik Rahman dan Arif,” Eh kok di kapal banyak barang-barang gitu ya ?”
“Milik siapa ?”
“Hhmm
“Itu kayak tasnya Arif sama Rahman, apa mereka udah sampai disana duluan ?
“Tapi kok gw gak ngeliat tasnya alfian?”
Dengan bersusah payah Yudha pun berusaha berlari menghampiri kapal mereka, sembil berteriak,” Aaaarrriiif..... Rahmaaaaan.... Alfiaaaaaann....!!!!”
Rahman yang sedikit mendengar suara Yudha terkejut,” Rif lo denger gak ?”
Arif pun bingung suara apa yang didengar Rahman,”Denger apa ? gw gak denger suara  apa apa.”
“Masa lo gak denger,  suaranya Yudha ?” ucap Rahman.
Yudha kembali memanggil mereka,”Aaaarrriiif..... Rahmaaaaan.... Alfiaaaaaann....!!!!”
“Tuh kan...!!!” Rahman menegaskan lagi suara yang ia dengar.
“Eh iya, itu kan suara Yudha.” Sahut Arif.
Arif dan Rahman pun melihat disekelilingnya  dan dari kejauhan mereka melihat Yudha yang dengan susah payah berlari menghampiri mereka, dan mereka berdua pun ikut berlari menghampiri Yudha
“Yud lo gak apa apa ?” tanya Rahman.
“Mata lo gak apa apa ! bantuin dong masih sakit ni.” Gurau Yudha.
Arif langsung membantunya,” Iye iye sini...!!!”
Karena Alfian tidak ada, Yudha pun bertanya kepada Arif dan Rahman,” Lho, Alfian mana ? kok gak ada.
“Dia nyariin lo, dia khawatir banget sama lo.”Jawab Rahman.
“Lha, kemana ?”
“Terus kalo gak balik gemana tuh anak ?” ujar Yudha.
“Tadi sih kearah sana, sambil menunjuk ke arah barat sekoci,” Tenang aja pasti kembali ke sini dia.” Ucap Rahman.
Tanpa basa-basi Yudha pun bertanya tentang harta yang mereka cari,” Dapet gak hartanya ?”
“Dapet dong, kita nungguin lo buat bareng-bareng buka kotaknya.”
Mereka bertiga pun beristirahat di kapal sambil mengobati luka dikaki yudha, tak lama kemudian Alfian pun kembali dengan raut wajah yang putus asa.
Yudha yang melihat Alfian berjalan murung berteriak,” Nah tuh alfian, Alfiaaaaannn...!!!!”
“Yuddddha.” Teriak Alfian sambil berlari.
“Tuh yud yang dari tadi panik nyariin lo.” Gurau Rahman sambil menunjuk Alfian.
“Hhaha iya tuh yud.” Sahut Arif.
“Wkwkwk..”
“Tuntutan situasi men.”
“Lagian lo kagak ada ditempat tadi, dah gitu banyak darah lo sama slayer lo itu. Kata Alfian sambil menunjuk Yudha.
“Hahaah, itu slayer udah banyak darahnya makanya gw tinggalin, terus darahnya masih aja ngalir makanya banyak bekas disana.” Ujar Yudha.
“Sampe mau ribut tuh berdua.” Ucap Rahman sambil menunjuk arif dan Alfian.
Alfian pun malu dan angsung meminta maaf pada Arif,”Hahaha, Sorry ya rif.”
“Iya santai aja.” Jawab Arif.
Lalu Yudha ingat lagi soal harta tersebut,”Mana ni hartanya ?”
“Sudah kita buka disini aja !”
“Bentar gw ambil dulu.” Kata Rahman.
“Ayo kita bareng-bareng buka kotaknya ya!” ucap Arif.
“Susah bener ni gembok, udah karatan lagi.” Sahut Rahman.
“Ayo dikit lagi ni !” ujar Alfian.
“Alhamdulillah bisa dibuka juga.
Arif yang penasaran tidak sabar ingin mengetahui apa isi kotak tersebut,”Apaan isinya ?”
Yudha pun juga penasaran,”Iya apaan ?
“Pasti duit tuh atau emas.”
“Huuu lo duit mulu!”
“Bentar ni gw keluarin, apaan nih ?
“kitab arab gundul gitu.
“Ihyaaa... Ulummm....
Ucap Rahman yang mengeluarkan isi kotak tersebut.
“Ihya ulumuddin !!!!” sahut Alfian.
“Nahhhh itu maksud gw, hehehee..
“Kitab apaan ya ?” tanya Rahman.
Ucap Arif sambil heran,” Baru denger gw!”
Lalu Tiba tiba alfian pun berteriak kencang,”GW NGERTIIIIII !!!!”
“Apaan sih lo yan ?”
 “Ngerti apaan ?” ucap Rahman dengan heran.
“Ya gw ngerti sama apa yang dimaksud sesuatu yang sangat berharga di dunia ini, yang mesti kita cari.” Jawab Alfian.
Yudha pun binggung lalu bertanya,”Emang apa gw masih kagak paham, kitab yang berharga itu yang lo maksud ?
Alfian pun menjelaskan,” Iya yud ini itu kitab Ihya ulumuddin itu kitab hasil karya Imam Abu Hamid Al-Ghazali yang sering dijadikan sebagai sandaran dan rujukan bagi sebagian ummat Islam terutama di Indonesia. Imam Al-Ghazali sering sekali dianggap sebagai ahli filsafat Islam dan ilmu kalam. Dan kitabnya yang berjudul Ihya Ulumuddin itu pun dianggap sebagai ‘Masterpiece’ dan salah satu isi kandungan kitab tesebut adalah tentang ilmu.
“Jadi apa yang berharga itu ?” tanya Arif yang masih keingungan.
Alfian menjelaskan kembali,” Jadi gw menyimpulkan bahwa sesuatu yang berharga itu adalah ILMU, kan kyai Ahmad bilang, kita harus mencari sesuatu tersebut walau sampai negri China. Seperti hadits nabi                                           اُطْلُبُ اْلعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّين”.Tuntutlah ilmu walau sampai negri China.
“Dan yang memang bisa merubah dunia ini, serta membedakan drajat manusia dimata manusia  yang lain adalah ilmu.”
“Oh gitu, okeh mulai sekarang gw bakal bersungguh-sungguh belajar. Orang tua gw pernah bilang
مَنْ جَدَّ وَجَدَBarang siapa yang bersungguh sungguh pasti akan berhasil.
“Maka dari itu gw akan sungguh-sungguh biar gw berhasil.”
“dan gw akan jadi salah satu orang yang juga bisa merubah dunia.” Ucap Rahman yang mengerti apa yang menjadi sesuatu yang berharga tersebut.
Yudha juga mengerti apa yang sebenarnya sesuatu tersebut,” Okeh lah kalau begitu. Kita buat perjanjian diatas kitab ini kalau kita pasti berhasil, lulus dari pondok dengan nilai cumlaude, gimana ?”
“okeh gw setuju !!!” sahut Arif.
“okeh setuju !!!” ucap Rahman dan Alfian.
Mereka pun langsung kembali ke pondok mereka. Akhirnya mereka mengerti apa yang dimaksud sesuatu yang ia harus cari. Pengalaman yang tak akan mereka lupakan, berbagai cobaan mereka lalui, rasa kesetia kawanan mereka yang membuat semuanya kuat menjalani semua yang terjadi, rasa percaya diri dan pemberani yang membuat mereka teguh untuk menghadapi apa yang menanti didepan mereka. Pelajaran yang sangat berharga yang beruntung mereka dapatkan, membuat mereka mengerti semua yang akan tejadi dimasa depan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar